Aristoteles: Biografi Singkat dan Pemikirannya

aristoteles-biografi-singkat-dan-pemikirannya
Patung Aristoteles

Aristoteles: Biografi Singkat dan pemikirannya - Dalam kronik Yunani, setelah Socrates dan Plato, filsuf yang tak kalah masyhur dan juga termasuk dari “The Gang of Three”, yaitu, Socrates, Plato, dan Aristoteles. Adalah Aristoteles dengan biografi singkat dan pemikirannya yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Next!

Biografi Singkat Aristoteles

Aristoteles lahir di Stageira, tepatnya di Semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM dan meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM di usia 63 tahun. Ayah Aristoteles bernama Mashaon yang merupakan seorang dokter istana yang waktu itu dipimpin oleh raja Macedonia Amyntas II. 

Masa kecil Aristoteles diasuh oleh ayahnya sendiri. Dari asuhan ayahnya itulah Aristoteles mendapatkan pengetahuan tentang pembedahan. Selama 18 tahun lamanya, Aristoteles berguru kepada ayahnya, sehingga perhatiannya fokus terhadap ilmu-ilmu alam, dan biologi merupakan yang menjadi prioritasnya.

Setelah ayahnya meninggal, ia pergi ke Akademia untuk berguru kepada Plato. Aristoteles berguru dan bergaul dengan Plato selama 20 tahun lamanya. Ia merupakan seorang yang rajin dalam membaca dan mengumpulkan buku-buku. Sehingga dari itulah, rumahnya terdapat bibliotik (taman baca), dan merupakan bibliotik yang pertama di Athena pada waktu itu.

Karena sangat senang dan gandrung terhadap Plato, ia mendirikan perpustakaan filsafat sendiri untuk menghormati gurunya tersebut. Oleh karena itu, rumah filosofi ini diberi nama “Rumah Pembaca” (Hatta, 1985:15).

Selain berguru kepada Plato dan mendapatkan pengetahuan tentang matematik, Aristoteles juga berguru kepada Eudoxos dan Kalippos yang merupakan guru astronomi di luar dari sekolah Akademia milik Plato. Tidak hanya matematik, bahkan Aristoteles juga memperdalam retorika. Ada cerita yang mengatakan, ahli-ahli pidato tersohor pada waktu itu, yaitu Isokrates dan Demosthenes, berpengaruh besar atas Aristoteles.

Aristoteles dan Demosthenes merupakan dua ahli pidato yang lahir dan meninggal di tahun yang sama, mereka seumuran. Dengan proses yang dijalani Aristoteles selama itu, membuatnya memperoleh pengetahuan yang sangat universal. Aristoteles merupakan filsuf yang kecerdasannya luar biasa, sehingga dengan mudah ia menguasai dan mendalami hampir seluruh ilmu yang diketahui pada masa itu.

Delapan belas tahun bersama ayahnya dan dua puluh tahun berguru kepada Plato, membuat Aristoteles lebih tendensius terhadap pemikiran saintifik yang tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Orientasi pandangan filsafatnya terfokus pada hal-hal yang konkret (Syadali, 2004:74).

Bacalah: Pengertian Filsafat Secara Etimologis dan Terminologis Serta Kegunaannya Bagi Manusia


Pernah semasa hidupnya, Aristoteles menjadi guru dari Alexander, yaitu seorang diplomat ulung dan jenderal terkenal. Aristoteles di Athena mendirikan sebuah lembaga pendidikan, yaitu Lyceum, yang banyak menghasilkan penelitian yang tidak hanya menghasilkan prinsip-prinsip sains saja, melainkan juga politik, retorika, dan masih banyak lainnya. Hampir sama dengan Socrates, Aristoteles mendapatkan tuduhan yang membuat ia tidak aman lagi berada di Athena. 

Ia dituduh sebagai orang yang menyebarkan pengaruh yang bersifat subversif serta dituduh atheis. Dari isu dan tuduhan tersebut akhirnya Aristoteles berpindah dari Athena ke Chalcis sampai akhir hayatnya, yaitu pada tahun 322 SM.

Semasa hidupnya, Aristoteles banyak menghasilkan karya berupa penelitian dan pemikiran filsafat, namun banyak juga karyanya yang hilang. Adapun beberapa karya Aristoteles yang dikenal adalah; Anganan (logika), Priar Analytics (silogisme), Pasteriar Analytics (sains), dan sebagainya (Syadali, 2004:73).

Di dunia filsafat Aristoteles dijuluki sebagai “Bapak Logika”. Hal ini dikarenakan karyanya yang menjelaskan tentang logika menjadi sebuah acuan bagi lahirnya logika modern, logika Aristoteles merupakan logika tradisional. Logika tradisional ini, oleh kaum santri (pesantren) biasa dikenal dengan “Ilmu Mantiq”. Banyak karya Aristoteles yang luar biasa, di antaranya menjelaskan tentang filsafat etika, negara, logika, metafisika, dan lain sebagainya.

Pemikiran Aristoteles

Seorang filsuf pasti memiliki sebuah pemikiran yang hingga kini masih dapat memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan. Berikut ini merupakan beberapa pemikiran Aristoteles semasa hidupnya:

Manusia Dapat Mencapai Kebenaran

Kaum Sofis berpendapat bahwa kebenaran umum tidak dapat dicapai oleh manusia, manusia hanya dapat mencapai kebenaran relatif yang sifatnya subyektif. Berbeda dengan kaum Sofis, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai sebuah kebenaran umum tersebut. Dalam pemikirannya tentang metafisika, Aristoteles berpendapat bahwa matter dan form itu bersatu. 

Matter merupakan yang memberikan substansi pada sesuatuu, sedangkan form memberi pembungkus dari sesuatu tersebut. Menurutnya, setiap objek memiliki matter dan form tersebut. Dari pemikirannya tersebut Aristoteles mengatasi dualisme Plato yang memisahkan matter dan form; bagi Plato antara matter dan form itu sendiri-sendiri. Aristoteles juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas (Syadali, 2004:73).

Terdapat substansi yang murni form, tanpa potentiality, jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Dari situlah Aristoteles percaya terhadap adanya Tuhan. Menurut Aristoteles, bukti adanya Tuhan adalah Tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause of motion).

Menurut Aristoteles, Tuhan berhubungan dengan dirinya sendiri. Tuhan tidak memedulikan alam. Tuhan bukanlah pesona dan Tuhan tidak memerhatikan doa dan keinginan manusia. Manusia, ketika mencintai Tuhan, mereka tidak perlu mengharapkan Tuhan akan mencintai. Tuhan merupakan kesempurnaan tertinggi, dan manusia mencontohnya untuk perbuatan dan pikiran-pikiran manusia (Syadali, 2004:73).

Bacalah: Biografi Singkat Socrates dan Pemikirannya


Etika adalah Sarana Untuk Mencapai Kebahagiaan

Menurutnya, etika merupakan sumber kebahagiaan, dan etika sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat memberikan pendidikan terhadap manusia agar menjadi manusia yang memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatannya. Aristoteles berpendapat bahwa sebuah kebaikan terletak ditengah-tengah dari dua ujung. Seperti contoh pemberani, seorang yang memiliki sifat pemberani merupakan seorang yang berada di tengah-tengah sifat nekad dan pengecut, dermawan terletak di tengah-tengah kikir dan pemboros. 

Bentuk Tata Negara

Menurut Aristoteles, bentuk tata negara terbagi menjadi tiga (3):

  (1) Monarki (basileia)

Bentuk negara ini merupakan bentuk yang terbaik, karena pemerintah adalah seorang yang dalam didikan dan asuhan lebih dari siapa pun juga, seperti Tuhan di tengah-tengah manusia. Namun, manusia semacam itu sudah tidak ada lagi. Sehingga manusia yang setelah itu hanya dapat menyelewengkan sistem negara yang tidak sesuai dengan bentuk negara yang seharusnya. Karena itulah, bentuk tata negara Monarki ini dalam praktiknya merupakan bentuk tata negara yang paling buruk.

  (2) Aristokrasi

Aristokrasi ialah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang saja (sedikit). Walaupun sedikit, bentuk tata negara ini memiliki pembawaan dan kecakapan. Berbeda dengan monarki, aristokrasi ini tidak boleh didasarkan atas sistem turunan, karena tidak memiliki dasar ekonomi yang tetap.

Hal itu memungkinkan mereka digantikan oleh aristokrasi-aristokrasi uang, yaitu orang-orang kaya yang kembali turun ke kursi pemerintahan, dan itu sangat membahayakan bagi sebuah negara. Dari situ sebuah jabatan menjadi seperti sebuah barang yang diperjualbelikan. Siapa yang memberi tawaran tertinggi, dialah yang akan menjabat. Jika kecakapan dalam aristokrasi tidak ada lagi, maka aristokrasi tidak akan ada lagi.

  (3) Demokrasi

Demokrasi berarti kekuasaan dipegang secara penuh oleh rakyat. Pada umumnya, demokrasi merupakan tantangan bagi plutokrasi, yaitu kaum bermodal. Dalam demokrasi, menurut Aristoteles, banyak orang (seluruh rakyat) tidak mudah dihhinggapi kecurangan, berbeda dengan aristokrasi yang cenderung banyak terjadi kecurangan karena orangnya yang sedikit.


Dari tiga bentuk tata negara tersebut, Aristoteles berpendapat bahwa ketiganya dapat dibellokkan ke jalan yang buruk; monarki bisa jadi tirani, aristokrasi bisa jadi oligarki, dan demokrasi menjadikan kesewenang-wenangan di tangan banyak orang.

Namun, untuk menjadi “jalan tengah”, Aristoteles menyatakan bahwa perpaduan antara aristokrasi dan demokrasi merupakan yang terbaik. Jadi, sebuah negara menjadi ideal ketika kekuasaan secara penuh dipegang oleh rakyat dan di sisi lain beberapa menjadi perwakilan dari seluruh rakyat (orang sedikit) yang memiliki kecakapan.

Silogismus

Sebagai inti dari ajaran Aristoteles tentang logika, silogisme ini menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif dan induktif. Silogisme adalah setiap penyimpulan dari dua keputusan (premis-pemis) yang disimpulkan dengan keputusan yang baru. Keputusan yang baru tersebut berhubungan dengan premis-premis lainnya. Jika kedua premis benar, dengan sendirinya penyimpulan akan menjadi benar.

Bacalah:  Sejarah Singkat Plato dan Pemikirannya

Itulah beberapa pemikiran Aristoteles yang sampai saat ini masih dapat memberi kontribusi kepada perkembangan ilmu pengetahuan, walaupun ada satu pemikirannya yang dipandang tidak ilmiah, yaitu pemikiran logikanya. Setelah Francis Bacon muncul dalam dunia filsafat, dalam bukunya yang berjudul Novum Organum (Organon Baru), Bacon  mengkritik logika Aristoteles yang dianggap kekurangan aturan dan prinsip yang berguna untuk menetapkan hukum penalran ilmiah (Sumaryono, 1993:17).

Mungkin untuk penjelasan tentang Biografi Singkat Aristoteles dan Pemikirannya cukup sampai sini ya rekan-rekan. Semoga dapat memberi manfaat kepada rekan-rekan sekalian. Jika menurut rekan-rekan dapat bermanfaat bagi orang lain, silahkan dishare ke banyak orang. Terimakasih.

0 Response to "Aristoteles: Biografi Singkat dan Pemikirannya"