Objek Filsafat: Pengertian Objek Material dan Formal dalam Filsafat
ilustrasi kontemplasi |
Objek Filsafat: Pengertian Objek Material dan Formal dalam Filsafat - Filsafat seringkali mebidik hal-hal yang terkadang tidak banyak dipikirkan orang. Dengan filsafat seseorang dapat mengetahui hakikat sesuatu, cara mendapatkan sesuatu (ilmu), dan nilai dari sesuatu tersebut. Lalu apa yang sebenarnya dibidik (objek) dari filsafat itu sendiri? Kita kini akan membahas tentang Pengertian Objek Material dan Formal dalam Filsafat. Lanjut!
Objek Material
Objek material adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin adanya (Abdul Hakim & Ahmad Saebani, 2018:19). Jadi segala sesuatu di dunia ini yang jelas-jelas ada dan memungkinkan adanya berarti merupakan objek material filsafat.
Segala sesuatu yang ada di sini berarti karena keberadaannya sendiri dan ada dikarenakan keberadaan yang lainnya. Dari sini segala sesuatu yang ada dibagi menjadi dua (2): (1) ada karena dirinya sendiri, dan (2) ada karena adanya sesuatu yang lain. Artinya ada (1) berarti wajib adanya tanpa bergantung kepada keberadaan yang lain, sedangkan ada (2) berarti tidak wajib adanya serta keberadaannya bergantung kepada keberadaan yang lain.
Segala sesuatu yang wajib ada ini secara filosofis adalah wujud keberadaan yang ada dengan sendirinya dan tidak berada dengan sendirinya. Ada yang dimaksud di sini berarti dapat diproyeksikan melalui pancaindra, seperti langit, bumi, bulan, bintang, manusia, dan gunung-gunung. Ada tidak hanya diproyeksikan dengan pancaindra, karena ada yang ada tanpa diketahui oleh pancaindra, misalnya Tuhan.
Dalam objek material ini kita bisa mengambil contoh manusia tadi, manusia merupakan objek material jika dilihar dari kedudukannya sebagai khalifah di bumi dan perannya seabagai rakyat.
Bacalah: Pengertian Filsafat Secara Etimologis dan Terminologis Serta Kegunaannya Bagi Manusia
Objek Formal
Adapun objek formal ialah pencarian terhadap yang ada dan yang mungkin ada secara kontemplatif pada permassalahan yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasa berada dalam ilmu pengetahuan (Abdul Hakim & Ahmad Saebani, 2018:19).
Berbeda dengan objek formal yang dapat diproyeksikan dengan pancaindra, objek formal di sini berciri tidak dapat dibuktikan melalui pendekatan empiris dan obeservatif, melainkan dengan kontemplasi (renungan) yang mendalam agar menemukan sebuah hakikat atau kebenaran. Walaupun dengan kontemplasi yang mendalam, objek formal ini bersifat subyektif karena masih menurut kepada filsuf tertentu dan dengan metode tertentu juga.
Manusia yang merupakan objek material karena dapat dilihat kedudukan dan perannya, jika ditinjau dari objek materia yang menjadi titik pembahasan adalah, seperti apa nasib, takdir, jodoh, rezeki, ajal manusia. Sehingga dengan kontemplasi mendalam yang sangat mengandalkan logika, objek formal tidak peduli dengan kebenaran empiris dan observatif.
Studi Kasus Objek Material dan Objek Formal dalam Filsafat
Untuk contoh dari kedua objek ini kita ambil contoh tidur dan mimpi. Tidur merupakan proses istirahatnya tubuh akibat letihnya beraktivitas. Dalam tidur tersebut manusia mengalami mimpi. Realitas menunjukkan bahwa orang yang sedang tidur berada di alam bawah sadar, bahkan tidur merupakan mati sebentar, sedangkan mati merupakan tidur yang panjang.
Lalu mimpi itu realitas atau khayalan? Tentu orang yang sedang tidur tidak mungkin berkhayal, bukan? Jadi dari konklusi tersebut tidur merupakan sebuah realitas yang di alami oleh orang yang sedang berada di alam bawah sadar.
Lebih spesifik kita mencontohkan orang yang bermimpi dikejar-kejar setan, terkadang ketika seseorang bermimpi seperti itu ekspresinya bervariasi, ada yang benar-benar ketakutan, teriak-teriak, dan gelisah. Lalu setelah terbangun dari mimpinya, nafasnya tersengal-sengal dan bilang bahwa dia dikejar-kejar setan, dan itu sangat menyiksanya.
Bacalah: Tokoh dan Pemikiran Aliran Filsafat Sofisme
Secara filosofis jika jika mati sebentar (tidur) membuat seseorang cukup menyiksa, bagaimana dengan orang yang mengalami tidur panjang (mati)? Pastinya dia sangat tersiksa. Ini disebabkan karena dosa-dosa yang mengejarnya. Dia akan selalu berteriak melebihi teriakan mimpi bertemu setan. Dan hal itu pasti sangat menyiksanya di alam barzah.
Contoh di atas memproyeksikan bahwa tidur dan mimpi adalah objek material filsafat sedangkan hubungan antara realitas dan mimpi sesungguhnya serta hubungannya dengan siksaan di alam kubur merupakan objek formal filsafat. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atas hubungan tersebut membutuhkan kontemplasi yang mendalam.
Bacalah: Sejarah Singkat Plato dan Pemikirannya
Jadi, kesimpulannya dari objek material dan formal adalah bahwa objek material berfokus pada keberadaan yang ada dan mungkin ada. Sedangkan objek formal filsafat adalah pencarian terhadap hal yang tidak bisa dicari jawabannya melalui obsevasi dan empirik, melainkan dengan kontemplasi yang mendalam.
Mungkin cukup itu untuk penjelasan tentang Pengertian Objek Material dan Objek Formal dalam Filsafat. Semoga dapat memberi manfaat kepada rekan-rekan sekalian. Jika rekan-rekan merasa juga akan bermanfaat kepada yang lain, silahkan share link ini sebanyak-banyaknya. Terimakasih.
0 Response to "Objek Filsafat: Pengertian Objek Material dan Formal dalam Filsafat"
Post a Comment