Aliran Filsafat Sofisme: Sejarah, Tokoh, dan Pemikirannya

aliran-filsafat-sofisme-sejarah-tokoh-dan-pemikirannya
Ilustrasi Sofisme Yang Suka Orasi

Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Tokoh dan Pemikiran Aliran Filsafat Sofisme. Sebelum mengetahui pemikiran-pemikiran filsuf sofisme alangkah baiknya kita mengetahui sejarah singkat aliran filsafat sofisme ini.

Filsafat pra Sokratik diakhiri dengan munculnya aliran filsafat baru, yaitu yang datang dari kaum sofis, sofisme. Sofis berasal dari kata shopia (bijaksana), namun pada akhirnya, Plato menyebutnya sofis karena sangat licik dan juga berarti memutarbalikkan fakta (dalam bahasa Inggris). Titik fokus aliran sofisme ini adalah tidak menerima kebenaran mutlak yang obyektif, artinya mereka sangat mempercayai sebuah kebenaran yang relatif yang bersifat subyektif. Namun, kebenaran relatif yang mereka jadikan acuan adalah sebagai senjata agar tujuan mereka berjalan dengan lancar, yaitu menjual ilmu ke sana-sini hanya untuk mendapatkan keuntungan. Bahkan, kebenaran relatif tidak hanya mereka jadikan sebagai senjata untuk menyerang kelompok-kelompok yang mempercayai kebenaran mutlak saja, melainkan juga sebagai jembatan legitimasi tindakan-tindakan amoral mereka. 

Sebab-sebab munculnya aliran filsafat sofisme


1. Keadaan Sistem Demokrasi dan Politik Yunani Yang Sedang Berjaya


Nah, sebab yang pertama ini dikarenakan Yunani pada waktu itu mengalami masa keemasannya setelah 10 tahun melawan Persia. Setelah memenangkan peperangan terseut keadaan Yunani sangat unggul, terlebih keadaan politik dan demokrasi Yunani. Sehingga kaum sofis yang notabene adalah seorang yang pandai dalam berpidato, retorika, dan logika sangat memiliki peluang besar untuk menjual ilmunya. 


2. Kurangnya Sistem Pendidikan


Kaum sofis ini sangat terkenal sebagai kelompok yang sering berjalan-jalan ke kota-kota untuk memberikan jasa pendidikan. Banyak yang menganggap kaum ini sebagai guru karena tindakannya. Namun, tidak baiknya adalah, apa yang mereka ajarkan bukan karena benar-benar mendidik dan memberikan ilmu, melainkan mereka menjadikannya sebagai pekerjaan agar mendapatkan uang/keuntungan.


3. Kebudayaan Yunani Yang Bersinggungan dengan Kebudayaan Lain


Karena Yunani pada waktu itu masyarakatnya banyak berinteraksi dengan masyarakat negara-negara lain, dan juga sebaliknya, membuat tradisi dan budaya yang dibawa bertentangan. Ini yang akhirnya lahir sebuah etika, kepercayaan, dan filsafat itu sendiri.


Tiga (3) alasan di atas merupakan sebab kaum sofis muncul di Yunani, tepatnya di ibukotanya, Athena. Tidak jauh beda dengan yang lain, kaum sofis juga memiliki pemikir-pemikir yang berpengaruh. Langsung saja kita ulas bersama.


Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Sofisme


1. Protagoras

Protagoras merupakan filsuf sofisme yang lahir di Abdera pada kisaran tahun 486 SM. Di Sisilia, Athena, dan Italia, dia menjalankan profesinya sebagai guru privat pidato. Dia tidak mengajarkan kepada murid-muridnya pengetahuan-pengetahuan yang tidak berguna. Yang dia ajarkan adalah hal-ihwal mengenai menjadi negarawan dan warga negara yang baik. 

Dalam risalahnya yang kontroversial, ia diduga sebagai ateis. Katanya “Berkaitan tentang dewa-dewi, aku tidak memiliki pengetahuan tentang ada dan tidak mereka. Terdapat pelbagai hal yang membatasi kita untuk mencapai pengetahuan tersebut, di antaranya adalah ketidakjelasan subjek, dan hidup manusia yang sangat singkat”. Dari risalahnya itu dia didakwa dan akhirnya dibakar. dan dia melarikan menggunakan kapal naasnya dia tenggelam bersama kapalnya dan tewas pada tahun 416 SM. 

Dia mengambil pernyataan tentang segala sesuatu di dunia ini tidak akan pernah tetap, dalam arti pasti mengalami perubahan, dan menyimpulkannya dengan “Manusia adalah ukuran dari segala sesuatu, untuk segala yang dan tiada”. Menurutnya, kebenaran yang sesungguhnya merupakan kebenaran subyektif, kebenaran dipegang oleg masing-masing individu. Segala sesuatu tidak ada yang tetap dan apapun tidak dapat digeneralisasi.
Berkaitan tentang dewa-dewi, aku tidak memiliki pengetahuan tentang ada dan tidak mereka. Terdapat pelbagai hal yang membatasi kita untuk mencapai pengetahuan tersebut, di antaranya adalah ketidakjelasan subjek, dan hidup manusia yang sangat singkat


2. Gorgias

Gorgias hidup semasa dengan Sokrates, yaitu sekitar tahun 427 SM di Sisilia. Dia tiba ke Athena untuk meminta bantuan agar Athena dapat membantu dalam peperangan kotanya yang sedang melawan Syrakusa. Dia menjadi masyhur sebab profesinya sebagai guru pidato. Menurutnya pidato tidak lebih dari sebuah upaya persuasif.

Ia merupakan seorang nihilisme dengan tiga (3) pokok ajarannya, yaitu:

a. Tidak Ada Sesuatu pun Yang Ada
Artinya, sebenarnya di dunia ini tidak ada realitas sesungguhnya.

b. Apabila ada, maka tidak dapat diketahui
Artinya pancaindra tidak dapat menangkap sebuah realitas.

c. Apabila dapat diketahui, maka tidak dapat diberitahukan kepada orang lain.
Karena minimnya bahasa untuk mengomunikasikan pengetahuan, realitas yang diketahui tidak dapat disampaikan.



3. Hippias

Hippias lahir di Elis, Peloponnesos pada tahun 460-399 SM. Ia adalah seorang filsuf sofisme yang terkemuka dan luas pengalamannya, sering mengadakan perjalanan berpidato di Olimpia. Ia menguasai banyak disiplin ilmu pada masa itu, meliputi matematika, astronomi, tata bahasa, mitologi, kesusastraan, dan sejarah. Dan pastinya dia merupakan seorang orator ulung, namun atas pengetahuan yang dikuasainya itu ia menyombongkan diri. 

Pandangan hidupnya didasarkan pada kepuasan diri sebagai tujuan dari kelakuan dan etika orang, tidak dengan cara sinis dalam “bebas dari hajat dan kebutuhan”, melainkan dengan berusaha sekuat tenaga untuk tidak bergantung kepada orang lain dengan memenuhi segala apa yang menjadi hak asasi seseorang.

Mengenai hukum adat Hippias mengemukakan, “Hukum merupakan tirani bagi manusia, karena memaksa manusia untuk hidup berlawanan dengan kodratnya”. Namun, menurut Plato pernyataan Hippias itu paradoks karena secara detail Hippias tidak menjelaskan alasannya.
Hukum merupakan tirani bagi manusia, karena memaksa manusia untuk hidup berlawanan dengan kodratnya


4. Prodikhos

Prodikhos merupakan filsuf sofisme yang berasal Cycladic, Keos. Ia hidup pada tahun 465-415 SM. Prodikhos adalah seorang guru masyhur yang sangat membidangi kesenian dialektika. 

Dalam hidupnya, ia sangat dihormati oleh masyarakat Yunani karena diskursus-diskursusnya yang berkaitan dengan moralitas praksis. Banyak karya-karyanya yang bercerita mengenai moralitas dan cukup mendalam. Melalui diskursus-diskursusnya itu dia berharap dapat memurnikan moralitas dengan observasi-observasi yang sangat tajam. 

Itulah Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Sofisme. Sebenaranya masih ada banyak lagi tokoh sofisme yang tentunya ajaran mereka berbeda-beda satu sama lain. Namun jika diambil benang merah, maka titik fokus ajaran mereka terdapat pada pandangan tentang kebenaran. 

Menurut banyak orang, Aliran Filsafat Sofisme ini merupakan biang dari runtuhnya kebudayaan filsafat di Yunani. Namun, juga tidak sedikit yang mempernyatakan bahwa kaum sofis memberikan dampak besar bagi peradaban filsafat di dunia, karena skeptiknya dapat membuka jalan pikiran manusia pada masa selanjutnya. 

Mungkin cukup itu saja untuk Aliran Filsafat Sofisme: Sejarah, Tokoh, dan Pemikirannya. Semoga dapat memberi manfaat kepada rekan-rekan sekalian. Terimakasih.


Source: https://osf.io/preprints/inarxiv/q7kfv/download - filsafat umum dari metologi sampai teofilosofi

0 Response to "Aliran Filsafat Sofisme: Sejarah, Tokoh, dan Pemikirannya"